Ashar aku harus sholat di masjid Nurul Huda, tempat syeikh itu berjama’ah, ba’da sholat, aku harus setoran kepada beliau. Selesai lah sudah sholat ashar, kemudian setelah jama’ah mulai sepi karena sudah kembali ke aktivitasnya masing-masing, tiba-tiba syiekh berdiri, dan menatapku, kemudian tangan beliau melambai-lambai ke arah ku, “ta’al ta’al” (kemari, kemari), akhirnya aku pun menuju syeikh, kemudian syiekh itu mengenalkan aku kepada pemuda mesir yang bernama barokat, beliau sangat baik dan juga murah senyum.
Aku baru ingat, bahwa kemarin syiekh sempat bilang, bahwa akan ada seoarang pemuda yang akan memperbaiki keran di kamar mandi flatku yang sedang bocor, memang akhir-akhir ini syeikh sering mengunjungi ke flatku, hanya sekedar melihat-lihat, dan ternyata ada keran air yang bocor, bukan hanya satu keran air saja yang bocor, tetapi tiga sekaligus. Bukannya aku dan teman-teman enggan untuk memperbaikinya, tetapi kami sudah memanggil muhandis (orang yang ahli) dalam masalah kamar mandi, tetapi hasilnya nol persen, padahal kami sudah membayarnya 20 pound, memang sih pertama tidak bocor, tetapi setelah seminggu berjalan, apa yang terjadi, malah bocor lagi, sehingga kami pun membiarkannya. Sehingga pada akhirnya syeikh pun turun tangan dengan memanggil pemuda itu untuk memperbaiki kamar mandi di flatku.
Akhirnya kami berdua menuju ke flat ku yang tidak begitu jauh dari masjid Nurul Huda, sesampainya di flat, beliau (barokat) langsung dengan sigapnya membetulkan keran ku yang bocor, beliau nampaknya sangat bekerja keras sekali, maklum keran yang sedang di perbaikinya termasuk besi yang sudah karatan dan lawas kelihatannya, sehingga membutuhkan tenaga yang ekstra untuk memperbaiki keran yang bocor itu.
Beliau sangat berusaha, tetapi setelah aku perhatikan beliau kebingungan mencari kunci inggris yang cocok, lalu tiba-tiba beliau berkata kepada ku, “Ya akhi, muftah laisa jayyid” (wahai saudaraku, kunci inggris sudah tidak baik kondisinya), aku tertegun mendengarnya, karena sudah tidak ada kunci inggris lagi di rumahku, itu saja pinjaman dari syiekh, “ya akhi, hadza muftah min syiekh, ana misy ‘indi al-ukhra” (wahai saudaraku, kunci inggris ini dari syiekh, saya tidak mempunyai selainnya).
Akhirnya ia pun izin denganku untuk mengambil kunci inggris di flatnya, yang cukup jauh dari lokasi flatku, akhirnya aku pun memutuskan untuk menemaninya, setelah sesampainya di flat Barokat, ternyata kunci inggrisnya dipinjam oleh salah satu temannya, di sebuah toko yang bernama Tawhid wa an-Nour, salah satu toko baru di kawasan Hayy ‘Ashir, toko itu merupakan cabang dari toko pusatnya yang terkenal, yaitu terletak di daerah Maqrom ‘Abid, akhirnya kami dengan sigapnya pun pergi bersama menuju toko Tauhid wa an-Nour itu.
Setelah mengambilnya, sejurus kemudian, kami melangkah ke flatku dan ia pun langsung memperbaiki keran kamar mandi flatku yang bocor, dengan sigap dan tangkasnya, ia pun dengan cepat langsung memperbaikinya, setelah itu ia bertanya kepadaku, “Haga taniyah?” (Ada lagi yang perlu diperbaiki?), langsung ku jawab dengan jawaban yang singkat, “Kholas ba’ah, dih bas” (Sudah dulu, ini saja). Akhirnya beliau pun tersenyum kepadaku, dan aku pun demikian tersenyum kepadanya, karena sudah sangat baik kepadaku bahkan ia rela berkorban demi orang yang baru dikenal olehnya.
Ia adalah seoarang mahasiswa al-Azhar jurusan perdagangan, ia ahli dalam memperbaiki kamar mandi, karena pada waktu kecilnya sering memperbaiki kamar mandi di rumahnya yang terletak di Muhafadzoh, sehingga ia pun bisa dan ahli dalam memperbaiki keran yang bocor.
Kemudian ia izin pulang, karena ia pun harus ada acara di lain tempat, aku pun sangat berterima kasih kepadanya, bahkan ketika aku tawarkan untuk makan dan minum-minum teh, ia menolaknya, ia buru-buru katanya, akhirnya hanya ucapan terima kasihlah yang mampu aku ungkapkan kepadanya, “Syukron awi ya barokat”