Sudah sepuluh hari ini komputerku tidak menyalah, sehingga terbengkalailah tugas-tugas ku untuk menulis. Sepuluh hari terakhir ini aku meminjam komputer temanku untuk sekedar menulis artikel dan membaca berita dunia. Entah mengapa setelah pulang dari Indonesia, komputerku tidak aktif, setelah diteliti apa yang rusak oleh sahabat-sahabatku, lalu sahabat-sahabatku menyuruh untuk menukarmother board-nya, kebetulan motherboard yang aku beli ada garansinya selama tiga tahun.
Tanpa berfikir panjang aku pun membawa motherboard yang rusak itu ke Sarog Mall, tempat aku membeli motherboard. Sesampainya di sana, aku langsung berkata kepada pemilik tokonya, bahwa motherboardnya sudah rusak. Pemilik toko langsung memeriksa motherboardku yang rusak itu dengan teliti, apakah ada cacat atau tidak, karena garansi dapat berlaku untuk kerusakan yang diakibatkan oleh alat itu sendiri, bukan kerusakan akibat kesalahan pemiliknya, oleh karena itu jika ada cacat, maka garansinya tidak berlaku.
Setelah sekian lama diteliti oleh pemilik toko itu, ternyata motherboardku tidak ada cacat sama sekali, sehingga garansinya pun berlaku. Pemilik toko itu menyarankan aku untuk pergi ke Mesir Heliopolis, disana tempat pembuatan motherboardku yang bermerek MSI. Pemilik toko tidak bertanggung jawab atas kerusakan ini, dikarenakan motherboardku sudah dua tahun ditanganku. Pemilik toko mau bertanggung jawab jika motherboard itu masih berumur satu tahun, oleh karena itu setelah satu tahun maka garansi dipegang sepenuhnya oleh perusahaan yang membuat motherboard itu.
Tetapi aku tidak mengetahui dimana letak perusahaan itu berada, jangankan letak perusahaannya, lokasi Mesir Heliopolis saja aku belum mengetahuinya. Maka ku sampaikanlah kepada pemilik toko itu bahwa aku tidak mengetahui lokasi yang dimaksud. Akhirnya pemilik toko mau membantuku untuk menyerahkan motherboard itu, tetapi aku harus menunggu selama tujuh hari untuk sampainya motherboard itu ketanganku. Akhirnya aku pun setuju dengan sebuah kesepakatan, yaitu motherboard itu ditangani oleh pemilik toko tetapi dalam jangan waktu tujuh hari baru bisa diambil.
Tujuh hari ku tunggu-tunggu, akhirnya sampailah tujuh hari kemudian. Dengan semangatnya aku pergi ke Sarog Mall dengan sahabatku dan sekaligus seniorku untuk mengambil motherboard ku. Sesampainya disana aku sangat kecewa sekali, karena pemilik toko tidak menepati janjinya, entah apa yang ada dibenakku saat itu, yang hanya adalah kekecewaan yang menyelimuti diri. Dengan gampangnya pemilik toko itu berkata bahwa besok baru dapat diambil. Akhirnya kekecewaan itu bisa ku tutupi dengan senyuman dan tentunya juga kesabaran.
Keesokan harinya, disaat aku berangkat dengan sahabatku, ada sebuah benak keragu-raguan, bahwa akan ada pengunduran pengambilan motherboardku itu. Aku teringat mitos yang beredar dikalangan masyarakat Indonesia yang berada di Mesir, bahwa orang Mesir memaknai ‘besok’ itu bukan satu hari, tapi bisa dua hari lagi, tiga hari lagi atau bahkan bisa tujuh hari lagi. Inilah perasaan yang selalu bergoyang-goyang difikiranku, ketika aku akan berangkat ke Sarog Mall.
Akhirnya tibalah aku dan sahabatku di toko yang kami tuju, sejurus kemudian aku menyerahkan kuitansi yang aku bawa sebagai tanda bukti untuk mengambil motherboardku yang rusak. Diambilnya kertas itu oleh pemilik toko, kemudian pemilik toko diam sejenak, lalu dengan nada hati-hati ia berkata bahwa belum dapat diambil sekarang, insya Allah besok atau besok lusa baru bisa diambil. Mendengar perkataan pemilik toko itu sontak aku langsung lemas, lemas karena segala perasaan terkumpul menjadi satu, mulai dari lelahnya perjalanan dari rumahku ke Sarog Mall karena sarag mall berada di dalam daerah, sehingga aku menempuhnya dengan berjalan kaki setelah naik angkutan umum, hingga kekecewaan yang membuncah dihatiku. Maka benarlah mitos yang beredar dikalangan masyarakat Indonesia yang tinggal di Mesir.
Beginikah orang Mesir jika berjanji, anehnya yang berjanji itu pembisnis, entah sudah adat ataukah hanya tergantung orangnya, kebanyakan orang Mesir sulit untuk menepati janji dengan pasti. Bagi mereka janji adalah biasa, dengan pengunduran janji segala janji yang telah disepakati hilang tanpa bekas begitu saja. Apakah pemilik toko tidak mengetahui bagaimana kecewanya aku, dan bagaimana ia telah membohongi aku.
Begitulah kisahku dengan pemilik toko, tulisan ini bukanlah bertujuan untuk menggunjing pemilik toko itu, tetapi disini kita bisa mengambil dua pelajaran. Yang pertama kita akan belajar tentang mengkaji perasaan. Jika saya diingkari janji dengan orang lain dan sudah tentu kekecewaan yang timbul maka aku tidak akan mengingkari janji lagi, jika aku mengingkari janji lagi maka kekecewaan yang sama akan timbul dibenak hati orang yang kuingkari janjinya, inilah yang disebut dengan mengkaji perasaan. Kemudian yang kedua, betapa pentingnya menepati janji, dengan menepati janji kita bisa terhindar dari dusta, dan dengan menepati janji pula lah yang akan mempermudahkan hubungan sosial kita, yang akan berefek dalam segala hal bidang yang berkaitan dengan sosial dan bisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar